Sosialisasi
politik telah memperlengkapi seseorang dengan sebuah layar tanggapan yang dapat
memberinya rangsangan politik yang berakibat pada partisipasi politik yaitu
sampai sejauhmana dan sampai tingkat apa individu terlibat dalam sistem politik
Partisipasi
politik adalah keterlibatan individu sampai pada bermacam2 tingkatan di dalam
sistem politik. Aktivitas politik bisa bergerak dari ketidakterlibatan sampai
dengan aktivitas jabatannya.
Proses
Sosialisasi Politik telah bisa memperlengkapi seseorang dengan layar tanggapan
yg dapat memberinya rangsangan politik. Akibat rangsangan tsb ada pengaruhnya
pd tingkat partisipasi politik seseorang.
v
Partisipasi politik dapat ditinjau dari 4 sudut pandang :
1.
Apa yang disebut Partisipasi Politik
2.
Berapa luas Partisipasi Politik tersebut
3.
Siapakah yang Berpartisipasi
4.
Mengapa mereka berpartisipasi
v
Bentuk partisipasi politik (hierarki partai politik)
1.
Menduduki jabatan politik atau administratif
2.
Mencari jabatan politik atau administratif
3.
Keanggotaan aktif suatu orgsi politik
4.
Keanggotaan pasif suatu orgsi politik
5.
Keanggotaan aktif orgsi semu politik
6.
Keanggotaan pasif orgsi semu politik
7.
Rapat umum, demonstrasi
8.
Diskusi politik informal minat umum
9.
Voting (pemberian suara)
10. Apathi total
Partisipasi
pada suatu tingkatan hierarkhi tidak merupakan prasyarat bagi partisipasi pada suatu
tingkatan yg lebih tinggi. Partisipasi penuh dan tanggung jawab dari rakyat itu
tidak bisa berlangsung secara otomatis. Hal ini disebabkan:
1.
Terlalu kompleksnya susunan masyarakat modern dgn dimensi2 sosial dan
politikyg saling melibat, dan sulit dipahami oleh org awam, shg org tdk tahu
bgmn caranya berpartisipasi di medan politik
2.
Orang merasa tidak berdaya scr fisik maupun ideologis utk memahami,
terlebih lagi utk ikut mempengaruhi kejadian2 sosial dan politik
3.
Orang awam dan rakyat lebih banyak diperlakukan sebagai objek politik,
konsumen politik dan pengikut politik yg patuh tanpa mampu memahami kedudukan
pribadinya, fungsi politik, hak dan kewajibannnya di tengah struktur2
politik
4.
Biaya
5.
Nyawa
6.
Waktu
Kenapa
setiap orang menghindari semua bentuk partisipasi politik atau berpartisipasi
pada tingkat rendah. Mereka digambarkan sebagai berikut:
1.
Apati (masa bodoh)
Tidak
punya minat atau tadak punya perhatian terhadap orang lain, situasi atau
gejala2 pd umumnya atau ps khususnya.
Ciri-ciri
apatis yaitu: Ketidakmampuan untuk mengakui tanggung jawab pribadi atau untuk
menyelidiki atau bahkan untuk menerima emosi dan perasaan sendiri, perasaan
samar-samar dan yang tidak dapat dipahami, rasa susah, tidak aman dan yang
tidak dpt dipahami, rasa susah dan yang tidak aman dan merasa terancam.
2.
Sinisme (Robert Agger)
Kecurigaan
yg buruk dari sifat manusia. Dan dengan bantuan suatu alat skala sikap yang
dibuat untuk mengukur derajat terhadap mana para responden mereka bersikap
sinis baik secara pribadi maupun secara politis.
3.
Alienasi (Robert Lane)
Perasaan
keterasingan seseorang dari politik dan pemerintahan masyarakat dan
kecenderungan berfikir mengenai pemerintahan dan politik bangsa yang dilakukan
oleh orang lain untuk orang-orang lain, mengikuti sekumpulan aturan-aturan
yangg tdk adil.
4.
Anomi (durkheim) oleh lane
Sebagai
perasaan nilai dan ketiadaan arah dalam mana individu mengalami perasaan
ketidakefektivan dan bahwa para penguasa bersikap tdk perduli yg mengakibatkan
devaluasi drpd tujuan-tujuam dan hilangnya urgensi utk bertindak
Milbart, mensugestikan bahwa partisipasi
politik itu bervariasi berkaitan dengan 4 faktor utama:
1. Sejauhmana
orang menerima perangsang politik
2. Karakteristik
pribadi seseorang
3. Karakteristik
sosial seseorang
4. Keadaan
politik atau lingkungan politik dimana seseorang dapat menemukan dirinya
sendiri
Semakin peka atau terbuka seseorang terhadap
perangsang politik lewat kontak pribadi dan organisatoris dan lewat media
massa, makin besar kemungkinannya dia turut serta dalam kegiatan politik.
Keterbukaan atau kepekaan ini kiranya berbeda dr satu org dengan orang lainnya,
dan ini merupakan bagian dari proses sosialisasi politik.
Menurut Rudolf Herbele, 4 masalah yg
menyulitkan studi mengenai motif yang mendorong tingkah laku sosial dan
perilaku politik
1. Motif
yang sebenarnya disembunyikan oleh individu dan si pengamat scr konsekuen
disesatkan oleh hal-hal yang tampak sebagai informasi yang cermat
2. Motif
yang sesungguhnya mungkin tidak jelas bagi individu, dan dia mungkin
merasionalisir tindakan sendiri sebelumnya, sesudah atau selama berlangsungnya
peristiwa
3. Motif
yang sebenarnya mungkin tidak jelas, tidak hanya bagi individu yg tindakannya
tengah diselidiki akan tetapi juga bagi orang lain yang telah dipengaruhi
tindakannya
4. Motif
tanpa kecuali selalu kompleks dan sulit untuk diukur secara cermat
Kesulitan dalam meneliti motivasi, tidak
menutup usaha untuk menganalisa kemungkinan adanya beberapa motif yang
bereaksi.
Weber mengemukakan 4 motif;
1. Yang
rasional-bernilai, didasarkan atas penerimaan secara rasional akan nilai2 suatu
kelompok
2. Yang
afektual-emosional, didasarkan atas kebencian atau entusiamsm terhadap suatu
ide, organisasi atau individu
3. Yang
tradisional, didasarkan atas penerimaan norma tingkah laku individu dari suatu
kelompok sosial
4. Yang
rasional-bertujuan didasarkan atas keuntungan pribadi
Menurut Robert Lane, Partisipasi politik
memenuhi 4 macam fungsi:
1. Sebagai
sarana untuk mengejar kebutuhan ekonomis
2. Sebagai
sarana untuk memuaskan suatu kebutuhan bagi penyesuaian sosial
3. Sebagai
sarana untuk mengejar nilai-nilai khusus
4. Sebagai
sarana untuk memenuhi kebutuhan bawah sadar dan kebutuhan psikologis tertentu
EmoticonEmoticon