Tuesday, 3 January 2017

Pengertian Partisipasi Politik


Sosialisasi politik telah memperlengkapi seseorang dengan sebuah layar tanggapan yang dapat memberinya rangsangan politik yang berakibat pada partisipasi politik yaitu sampai sejauhmana dan sampai tingkat apa individu terlibat dalam sistem politik
Partisipasi politik adalah keterlibatan individu sampai pada bermacam2 tingkatan di dalam sistem politik. Aktivitas politik bisa bergerak dari ketidakterlibatan sampai dengan aktivitas jabatannya.
Proses Sosialisasi Politik telah bisa memperlengkapi seseorang dengan layar tanggapan yg dapat memberinya rangsangan politik. Akibat rangsangan tsb ada pengaruhnya pd tingkat partisipasi politik seseorang.
v  Partisipasi politik dapat ditinjau dari 4 sudut pandang :
1.      Apa yang disebut Partisipasi Politik
2.      Berapa luas Partisipasi Politik tersebut
3.      Siapakah yang Berpartisipasi
4.      Mengapa mereka berpartisipasi
v  Bentuk partisipasi politik (hierarki partai politik)
1.      Menduduki jabatan politik atau administratif
2.      Mencari jabatan politik atau administratif
3.      Keanggotaan aktif suatu orgsi politik
4.      Keanggotaan pasif suatu orgsi politik
5.      Keanggotaan aktif orgsi semu politik
6.      Keanggotaan pasif orgsi semu politik
7.      Rapat umum, demonstrasi
8.      Diskusi politik informal minat umum
9.      Voting (pemberian suara)
10.  Apathi total 
Partisipasi pada suatu tingkatan hierarkhi tidak merupakan prasyarat bagi partisipasi pada suatu tingkatan yg lebih tinggi. Partisipasi penuh dan tanggung jawab dari rakyat itu tidak bisa berlangsung secara otomatis. Hal ini disebabkan:
1.      Terlalu kompleksnya susunan masyarakat modern dgn dimensi2 sosial dan politikyg saling melibat, dan sulit dipahami oleh org awam, shg org tdk tahu bgmn caranya berpartisipasi di medan politik 
2.      Orang merasa tidak berdaya scr fisik maupun ideologis utk memahami, terlebih lagi utk ikut mempengaruhi kejadian2 sosial dan politik 
3.      Orang awam dan rakyat lebih banyak diperlakukan sebagai objek politik, konsumen politik dan pengikut politik yg patuh tanpa mampu memahami kedudukan pribadinya, fungsi politik, hak dan kewajibannnya di tengah struktur2 politik 
4.      Biaya
5.      Nyawa
6.      Waktu
Kenapa setiap orang menghindari semua bentuk partisipasi politik atau berpartisipasi pada tingkat rendah. Mereka digambarkan sebagai berikut:
1.      Apati (masa bodoh)
Tidak punya minat atau tadak punya perhatian terhadap orang lain, situasi atau gejala2 pd umumnya atau ps khususnya.
Ciri-ciri apatis yaitu: Ketidakmampuan untuk mengakui tanggung jawab pribadi atau untuk menyelidiki atau bahkan untuk menerima emosi dan perasaan sendiri, perasaan samar-samar dan yang tidak dapat dipahami, rasa susah, tidak aman dan yang tidak dpt dipahami, rasa susah dan yang tidak aman dan merasa terancam.
2.      Sinisme (Robert Agger)
Kecurigaan yg buruk dari sifat manusia. Dan dengan bantuan suatu alat skala sikap yang dibuat untuk mengukur derajat terhadap mana para responden mereka bersikap sinis baik secara pribadi maupun secara politis.
3.      Alienasi (Robert Lane)
Perasaan keterasingan seseorang dari politik dan pemerintahan masyarakat dan kecenderungan berfikir mengenai pemerintahan dan politik bangsa yang dilakukan oleh orang lain untuk orang-orang lain, mengikuti sekumpulan aturan-aturan yangg tdk adil.
4.      Anomi (durkheim) oleh lane
Sebagai perasaan nilai dan ketiadaan arah dalam mana individu mengalami perasaan ketidakefektivan dan bahwa para penguasa bersikap tdk perduli yg mengakibatkan devaluasi drpd tujuan-tujuam dan hilangnya urgensi utk bertindak
Milbart, mensugestikan bahwa partisipasi politik itu bervariasi berkaitan dengan 4 faktor utama:
1.      Sejauhmana orang menerima perangsang politik
2.      Karakteristik pribadi seseorang
3.      Karakteristik sosial seseorang
4.      Keadaan politik atau lingkungan politik dimana seseorang dapat menemukan dirinya sendiri
Semakin peka atau terbuka seseorang terhadap perangsang politik lewat kontak pribadi dan organisatoris dan lewat media massa, makin besar kemungkinannya dia turut serta dalam kegiatan politik. Keterbukaan atau kepekaan ini kiranya berbeda dr satu org dengan orang lainnya, dan ini merupakan bagian dari proses sosialisasi politik.
Menurut Rudolf Herbele, 4 masalah yg menyulitkan studi mengenai motif yang mendorong tingkah laku sosial dan perilaku politik
1.      Motif yang sebenarnya disembunyikan oleh individu dan si pengamat scr konsekuen disesatkan oleh hal-hal yang tampak sebagai informasi yang cermat
2.      Motif yang sesungguhnya mungkin tidak jelas bagi individu, dan dia mungkin merasionalisir tindakan sendiri sebelumnya, sesudah atau selama berlangsungnya peristiwa
3.      Motif yang sebenarnya mungkin tidak jelas, tidak hanya bagi individu yg tindakannya tengah diselidiki akan tetapi juga bagi orang lain yang telah dipengaruhi tindakannya
4.      Motif tanpa kecuali selalu kompleks dan sulit untuk diukur secara cermat
Kesulitan dalam meneliti motivasi, tidak menutup usaha untuk menganalisa kemungkinan adanya beberapa motif yang bereaksi.
Weber mengemukakan 4 motif;
1.      Yang rasional-bernilai, didasarkan atas penerimaan secara rasional akan nilai2 suatu kelompok
2.      Yang afektual-emosional, didasarkan atas kebencian atau entusiamsm terhadap suatu ide, organisasi atau individu
3.      Yang tradisional, didasarkan atas penerimaan norma tingkah laku individu dari suatu kelompok sosial
4.      Yang rasional-bertujuan didasarkan atas keuntungan pribadi
Menurut Robert Lane, Partisipasi politik memenuhi 4 macam fungsi:
1.      Sebagai sarana untuk mengejar kebutuhan ekonomis
2.      Sebagai sarana untuk memuaskan suatu kebutuhan bagi penyesuaian sosial
3.      Sebagai sarana untuk mengejar nilai-nilai khusus
4.      Sebagai sarana untuk memenuhi kebutuhan bawah sadar dan kebutuhan psikologis tertentu


EmoticonEmoticon